BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desain kemasan merupakan hal yang sangat penting sebagai alat pemasaran untuk mendapatkan perhatian konsumen. Pemasaran dapat didefinisikan sebagai alat perencanaan dan ekseskusi konsep dan pengembangan, penentuan harga, penempatan, promosi, dan distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi tujuan individu dan organisasi. Sebagai suatu aktifitas bisnis yang terlibat dalam pergerakan barang dari produsen ke konsumen, pemasaran meliputi periklanan dan desain kemasan, perdagangan, dan penjualan.

Fungsi dari desain kemasan yaitu untuk mengkomunikasikan perbedaan produk secara visual dan sebagai pelindung sebuah produk. Dari sudut pandang penampilan, tanpa desain kemasan yang berbeda untuk semua merek produk, termasuk roti, susu dan sayur mayur hingga parfum, lipstik, dan minuman keras, masing-masing produk akan tampak sama. Kemasan yang inovatif dapat mengirimkan sinyal efektif “belilah saya”, atau dapat disebut juga dengan promosi penjualan akhir, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa emosi bisa memainkan peran besar ketika seorang konsumen datang ke pembelian.

Berikut dijelaskan beberapa pentingnya desain kemasan sebagai alat pemasaran, antara lain:

  1. Asosiasi Merek

Sebagai konsumen, memasuki supermarket dan menemukan lorong tak berujung merek serupa dapat menyerang indra. Kemasan inovatif dengan logo perusahaan terpampang di atasnya membuat merek mapan mendominasi. Sebuah taktik yang menarik perhatian sangat legal, hal itu akan menguji loyalitas konsumen terhadap merek dan menentukan kembali pengenalan kehadiran merek yang sudah diakui.

  1. Cemerlang

Tidak dapat disangkal bahwa kita manusia banyak menghakimi dan kita senang dalam menciptakan praduga berdasarkan penampilan. Sebagai penjual, itu akan menjadi kejahatan untuk tidak menggunakan kesempatan emas seperti ini.

  1. Kepraktisan Skor

Kemasan produk tidak terbatas pada penampilan, itu mempengaruhi pikiran konsumen. Ini melampaui pembungkus dan pita ketika memikirkan barang-barang tertentu, komoditas yang mudah rusak pada khususnya. Dalam kasus tersebut, kesegaran (baru tidaknya) adalah hal utama dan standar kemasan harus sesuai. Karena itu, penjual tidak perlu harus menumpahkan kreativitas mereka untuk mengakomodasi kepraktisan.

  1. Go Green!

Lingkungan kemasan yang ramah tidak pernah gagal untuk mengesankan, apalagi, dapat membantu konsumen membangun citra yang keras dan teliti. Reusable, lingkungan kontain ramah lingkungan biasanya mempengaruhi kesan konsumen secara lebih win-win yang akan menghargai kepedulian bagi planet bumi. Inisiatif hijau membenahi citra perusahaan dalam waktu singkat dan sebagai sebuah merek. Pada akhirnya melakukan sedikit sumbangsih minimalisir terhadap kehancuran kerusakan lingkungan dalam beberapa derajat.

  1. Umpan Konsumen

Ketika datang untuk memikat pelanggan, tidak ada yang melakukan pekerjaan lebih baik daripada cara kemasan terutama produk retail dengan fokus pencarian konsumen baru. Belanja adalah pengalaman multi-indera dan produsen harus melihatnya seperti itu. Tampilan baru suatu produk membuat terobosan untuk menggulingkan pesaing melalui kepuasan pelanggan semata-mata atas dasar kemasan yang menarik.

  1. Jangan Terlalu Bersemangat

Sudah waktunya untuk mengekang antusiasme sedikit, karena sangat mudah untuk “terlalu bersemangat” ketika berbicara tentang kreativitas. Kemasan, pada akhirnya, hanya memiliki satu tujuan – untuk mendapatkan konsumen untuk membeli produk yang bersangkutan. Ini bukan jalan bagi desainer produk untuk menampilkan kreativitas mereka dengan sangat-sangat detail sehingga waktu menjadi panjang melelahkan dan kemudian mengabaikan tujuan utama yaitu penjualan produk. Desainer harus memiliki kepekaan untuk menahan diri diri dari melihat desain produk sebagai kontes. Pada akhirnya, desain kemasan produk yang baik adalah salah satu yang menentukan kasir berdering.

Idealnya, ketika desain kemasan mampu memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada konsumen (baik langsung maupun tidak langsung) dan satu poin pembanding (dimana satu produk tampak merupakan produk yang lebih efektif, nilainya lebih baik, kemasannya lebih nyaman), maka sebuah pembelian telah dimotivasi.

Para tenaga pemasaran pada akhirnya bertanggungjawab untuk menentukan karakteristik yang membedakan produk mereka dan menyediakan kekontrasan yang jelas antar produk untuk menggunakan pentingnya desain kemasan sebagai alat pemasaran. Perbedaanya bisa dalam racikan mateial penyusun, khasiat, proses pembuatan atau mungkin tidak ada perbedaan unik di antara produk-produk yang sama. Pemasaran seringkali disederhanakan sebagai proses menciptakan persepsi perbedaan. Apapun itu, para tenaga pemasaran mendefinisikan pendekatan yang akan mengkapitalisasi apa yang membuat produk mereka bisa dijual dan perlombaan dimulai untuk differensisi produk.

Biasanya terjadi pertanyaan dalam diri, apakah pembelian itu merupakan hasil keputusan yang diperhitungkan atau pembelian spontan. Tampaknya, penampilan fisik kemasan produk seringkali menjadi alasan utama terjualnya suatu produk. Tujuan utama ini (untuk mengalahkan kompetitor), menghindari kebingungan konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk membeli. Membuat kemasan menjadi faktor penting dalam keberhasilan rencana pemasaran merek sebuah perusahaan.

Untuk itu, saya ingin membahas salah satu contoh desain kemasan yang ada pada produk makanan yaitu Gethuk Kethek “Satu Rasa” Khas Salatiga. Karena, menurut saya obyek tersebut sangat menarik untuk dikaji dan dikritik, dengan tujuan agar dapat mengetahui apakah desain kemasan tersebut selama ini termasuk ke dalam good design atau tidak. Berikut dapat dijelaskan beberapa tahap guna untuk obyek kajian kritik desain, melalui:

1. Tahap eksplorasi

Di kota Salatiga ini, terdapat salah satu makanan ringan yang sangat populer dan tak jarang dijadikan oleh-oleh para pelancong, yakni Gethuk Kethek. Gethuk dalam ejaan Jawa, artinya sejenis makanan tradisional yang terbuat dari bahan dasar singkong atau ketela pohon. Sementara Kethek dalam bahasa Jawa berarti monyet.

MENGAPA MENDAPAT JULUKAN GETHUK KETHEK?

Masyarakat sekitar akrab menyebutnya dengan nama itu karena gara-gara si pemilik usaha memang memelihara seekor monyet di depan rumahnya. Akhirnya bukan Gethuk Satu Rasa yang ngetop sebagai brand di kalangan penikmat kuliner, justru Gethuk Kethek lah yang kemudian populer, baik bagi warga Salatiga maupun kota-kota di sekitarnya.

Getuk Kethek “Satu Rasa” cukup diminati oleh para pemburu kuliner yang datang, alasannya sederhana saja, karena getuk merupakan jenis makanan ndeso yang telah dikenal masyarakat sejak zaman behula hingga kini masih menjadi tradisi, bahkan ngangeni bagi sebagian orang atau kalangan tertentu pada umumnya.

MENGAPA GETUK KETHEK DISEBUT “SATU RASA”?

1

Nama sebenarnya dari getuk nan gurih ini adalah Gethuk Satu Rasa. Disebut satu rasa, karena gethuk ini memang terasa gurih, khas perpaduan antara parutan ketela pohon dengan kelapa, memiliki ciri khas yaitu diproses tanpa menggunakan bahan pengawet, tanpa zat pewarna maupun zat kimia lainnya sehingga para pelanggan getuk tak perlu khawatir akan terdapatnya kandungan unsur radikal bebas yang membahayakan bagi kesehatan.

Berbahan dasar layaknya getuk. Gethuk Satu Rasa ini dibuat dengan campuran parutan ketela pohon pilihan, parutan kelapa dan gula pasir. Disajikan dalam keadaan selalu hangat dan baru, itu menjadi ciri makanan ini. Setiap kali pembeli datang silih berganti dan harus antre menunggu proses masak gethuk yang sederhana ini. Hanya dikukus biasa dan kemudian dicetak kotak-kotak kecil. Sederhana sekali, namun harus diakui, kesederhanaan dalam gurihnya sepotong getuk berwarna putih ini belum ada tandingannya di seputaran Kabupaten Semarang.

Kunci kelezatan gethuk kethek terletak pada ketelitian memilih bahan baku singkong yang gembur. Singkong yang keras dan berserat tak masuk kriteria. Saat penumbukan dan pencetakan, serat-serat singkong juga disingkirkan. Inilah rahasia kenapa tekstur gethuk kethek sangat lembut. Serutan kelapa juga dicampur dengan kelapa mentah. Alasannya, santan kelapa mentah lebih banyak dan gurih. Namun, risikonya, getuk menjadi tak tahan lama. Tiap hari, sedikitnya dibutuhkan dua kuintal singkong.

PROSES PEMBUATAN GETHUK KETHEK “SATU RASA”

  • Bahan utamanya singkong kukus, gula, dan kelapa

2

  • Semua bahan diaduk sampai rata dan halus

3

  • Setelah halus, adonan diratakan pada cetakan khusus yang berlubang-lubang dan berbentuk persegi panjang yang kecil-kecil.

4

  • Adonan yang sudah dicetak pada cetakan berlubang. Lalu diangkat dan diletakkan pada cetakan kedua. Uniknya, adonan yang sudah dicetak, diletakkan pada cetakan kedua berbentuk kotak-kotak persegi panjang. Jadi, ketika cetakan pertama dilepas ke bawah, yang tertinggal hanya gethuknya di atas. Bentuk tetap bisa rapi dan mempunyai ukuran yang sama.

5

  • Gethuk hangat siap disantap, dimasukkan ke dalam kardus dan berpindah ke tangan pembeli.

6

SEJARAH BERDIRINYA GETHUK KETHEK “SATU RASA”

Tentang riwayat usaha getuk kethek ini, konon ceritanya adalah usaha yang dirintis oleh Buyut USREG (Almh) yang dengan sabar menekuni usaha keluarga berupa aneka makanan berbahan baku dari singkong, diantaranya adalah berjenis “Getuk” yang dijajakan dipasar dan lokasi sekitar ABC Salatiga pada tahun 1965-an dimana kondisi pada periode tahun-tahun tersebut sangat sulit bagi sebagian warga masyarakat untuk mendapatkan makanan yang membuat perut kenyang dan getuk Buyut Usreg laku keras dibeli sebagai makanan tambahan/alternatif pengganti nasi beras.

Demikian dari tahun ke tahun bersama dinamika pasang surut yang mewarnai suatu usaha keluarga kemudian usaha getuk ini dilanjutkan oleh Nenek Suwarni/Mbah Samsi. Seiring dengan majunya zaman trend modern dan terjadinya pergeseran selera/pola konsumsi masyarakat yang ditandai dengan banyak merebaknya jajanan pabrikan modern, maka jajanan getuk yang merupakan makanan tradisional dirasa mulai ditinggalkan oleh masyarakat pembeli.

Sebuah “Ide Cemerlang” oleh Nenek Suwarni/Mbah Samsi, sebuah gagasan sederhana yang diwujudkan dengan tekat kuat dan ternyata membuahkan hasil yang sangat berharga bagi keluarga yaitu pangsa pasar yang lebih stabil dan berkelanjutan. Dengan kerendahan hati dan kesederhanaannya Nenek Suwarni/Mbah Samsi mengawali memperkenalkan jajanan getuk bercita-rasa “Manis Gurih Harum” dengan perpaduan komposisi yang pas antara bahan baku singkong kelapa dan gula pasir asli. Ini merupakan suatu langkah oleh Nenek Suwarni/Mbah Samsi dalam mempertahankan usaha keluarga/menjajakan getuk agar tetap diminati pembeli (perlu diketahui bahwa getuk yang dijajakan sebelumnya hanya berasa asin saja).

Manusia berupaya Tuhan memberkahi, alhasil getuk Nenek Suwarni/Mbah Samsi dimulai sejak tahu 1990-an dengan cita rasa yang baru dapat diterima oleh pembeli, sejalan dengan animo sebagian masyarakat yang kembali tertarik pada makanan tradisional dengan memilih jajanan tanpa kandungan kimiawi (Getuk Kethek lah salah satunya). Hingga kini getuk tradisional yang dikelola Nenek Suwarni/Mbah Samsi dibantu oleh anak-anaknya (Pak San dan Pak To) yang selanjutnya dikemas dengan label Getuk Kethek “Satu Rasa” dari Salatiga ini tetap exis dijajakan di antara kepesatan semarak munculnya jajanan aneka makanan modern.

Sebenarnya di kota-kota yang ada di Jawa Tengah, gethuk putih seperti ini banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Namun rasa gurih yang dihasilkan oleh Gethuk Kethek ini sungguh luar biasa. Parutan kelapanya yang memang tidak tanggung-tanggung menjadi pembeda gethuk ini dibandingkan dengan getuk putih lain yang sejenis. Saat satu potongan kecil getuk ini kita gigit, maka akan terlihat parutan kelapa yang tersebar di dalamnya.

7

Sumber : http://news.liputan6.com/read/717936/gethuk-kethek-nan-gurih-khas-salatiga

Gethuk Satu Rasa ini pertama kali diproduksi di kota Salatiga, kota kecil yang berada di selatan Semarang (ibukota Jawa Tengah). Kota tersebut sangat sejuk dan damai, meskipun terus bergerak maju, kesederhanaannya tetap terjaga hingga kini. Bahkan makanan berupa getuk yang pantas dinobatkan sebagai oleh-oleh khas Salatiga pun tetap memegang teguh prinsip kesederhaan kotanya.

Tingginya peminat gethuk ini membuat pemiliknya di Salatiga kewalahan hingga akhirnya membuka cabang di Ungaran, kota kabupaten kecil yang masih berdekatan dengan Salatiga. Ungaran merupakan ibukota Kabupaten Semarang (bukan termasuk Kota Semarang).  Jadilah warga sekitar Semarang lebih mudah untuk mendapatkan oleh-oleh khas Salatiga ini.

Gethuk ini tergolong murah meriah dihargai Rp10.000,00 per kotaknya, terdiri dari 20 potongan kotak persegi panjang kecil. Gethuk nan gurih ini layak dapat dijadikan oleh-oleh bagi keluarga. Gethuk ini hanya bisa bertahan paling lama 5 jam bila tidak segera dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Meskipun hal ini membuat pembeli kesulitan untuk membawanya ke luar kota, justru terbukti bahwa Gethuk Kethek 100% alami tanpa bahan pengawet.

Selain murah harganya, keunggulan dari Gethuk Kethek “Satu Rasa” khas Salatiga ini berbeda dengan gethuk dari Magelang ataupun gethuk goreng ala Sokaraja. Gethuk Kethek ini terasa sangat istimewa, karena teksturnya begitu lembut dan ringan ketika dimakan. Kunci kelembutan gethuk kethek terletak pada pemilihan bahan dan proses pengolahannya. Bahan baku singkong yang digunakan tidak boleh keras dan terlalu berserat. Waktu proses penumbukan dan pencetakan, serat- serat singkong yang tersisa juga harus disingkirkan. Gethuk Kethek ini tidak menggunakan bahan pengawet sehingga tidak bisa tahan lama. Lewat dari satu hari saja getuk ini dipastikan sudah basi. Namun jika langsung dimasukkan ke lemari pendingin (maksimal enam jam setelah pembelian), kemungkinan gethuk kethek masih bisa tahan hingga dua hari. Konsumen bisa memakannya lagi dalam keadaan dingin, tapi tentunya sensasi kenikmatan getuk ini akan sedikit berkurang. Cara lain untuk menikmatinya adalah dengan digoreng. Dengan cara ini konsumen akan mendapatkan sensasi baru menikmati gethuk kethek yaitu renyah pada bagian luar, tapi lembut dan manis di dalam.

Cara membuatnya pun sangat sederhana. Singkong yang telah dikukus ditumbuk bersama parutan kelapa dan gula pasir hingga tercampur sempurna. Ditambahkan pula sedikit garam dan essence vanili untuk memperkuat rasa dan aroma. Adonan getuk kemudian dicetak dalam bentuk balok-balok kecil. Gethuk Kethek tersusun rapi dalam wadah. Satu bungkus/kotak berisi 20.

8

Sumber: http://www.kabarkuliner.com/tergoda-kelembutan-gethuk-kethek-khas-salatiga/

Karena cepat basi, Gethuk Kethek sengaja diproduksi dalam jumlah yang tak terlalu banyak. Dengan begitu pelangganpun selalu bisa menikmati gethuk dalam keadaan baru atau fresh, walaupun tak jarang harus berebut tempat agar tidak kehabisan jatah. Gethuk Kethek hanya tersaji dalam satu rasa saja, rasa orisinal, tak ada variasi rasa lain semacam cokelat, keju, atau yang lainnya. Warnanya putih menarik, sesuai dengan warna alami singkong dan campuran kelapa di dalamnya. Tak ada tambahan pewarna di dalamnya. Gethuk Kethek yang lembut dan manis ini sangat cocok sebagai teman minum teh atau kopi. Saking larisnya, pembeli kadang harus antre cukup panjang atau menelepon dulu untuk melakukan pemesanan. Jam Bukanya dari pagi hingga sore.

LOKASI GETUK KETHEK

Lokasi Pusat: Jl. Argo Tunggal No. 9, Salatiga. Tak jauh dari Hotel Laras Asri. Masuk lewat jalan kecil setelah lampu merah pertigaan ABC / di seberang Bakso ABC. Telp: (0298) 315374.

9

Lokasi Cabang: Jl. Sembungan Utara No. 1 (belakang POLSEKTA/POLANTAS) Ungaran, yang dikelola oleh Pak Munhardi dan Pak Andri (anak dari Nenek Suwarni/Mbah Samsi) yang tentu saja mengusung resep pengolahan dari orang tuanya dengan cita rasa yang serupa dan sama. Nomor HP: 081392070777.

Foto Kunjungan Pak Bondan (ACARA WISATA KULINER)

Gethuk Kethek “Satu Rasa”

10

Demikian branding nama jenis makanan yang berbahan baku dari singkong/ubi kayu ini muncul justru diberikan oleh konsumen/para pelanggan Gethuk Kethek “Satu Rasa” yang telah lebih awal mengenal sebagai petunjuk agar dapat menemukan alamat yang tepat untuk bisa membeli getuk sebagaimana yang diharapkan alias tidak keliru dengan getuk-getuk hasil produk yang lain, bahwa di depan rumah penjual getuk tersebut terdapat peliharaan/memelihara seekor “Kethek” (Monyet). Jadi nama “Gethuk Kethek” inilah yang akhirnya digunakan lebih ngetop dibanding dengan nama “Gethuk Satu Rasa”.

2. Tahap perancangan

a. Rancangan sket awal, berupa dummy dibentangkan dengan ukuran panjang total 38 cm, dan lebar total 21,5 cm (kira-kira satu lembar A3).

11

b. Rancangan sket kasar berupa gambar dan teks yang akan didesain pada dummy tersebut.

12

3. Tahap perwujudan

Meliputi langkah sebagai berikut:

a. Pengamatan lapangan/research lapangan, penggalian sumber referensi dan informasi berkaitan dengan produk Gethuk Kethek.

Yang pada intinya produk yang semula berasal dari nama Gethuk Satu Rasa kini lebih dikenal dengan sebutan nama Gethuk Kethek, karena pemilik usaha memelihara seekor monyet di depan rumahnya sehingga masyarakat sekitar lebih akrab menyebutnya dengan nama itu. Gethuk ini memiliki satu rasa, yaitu gurih khas perpaduan antara parutan ketela pohon dengan kelapa, diproses tanpa menggunakan bahan pengawet.

Gethuk ini diproduksi di kota Salatiga dan Ungaran. Gethuk ini tergolong murah dengan harga Rp10.000,00 per kotaknya, terdiri dari 20 potongan kotak persegi panjang kecil.

b. Penggalian teori, sumber dan referensi serta acuan visual menggunakan media internet dan beberapa sumber lainnya untuk memperoleh data mengenai pengetahuan material alat, teknik, konstruksi, bentuk estetis, aspek filosofi, serta estimasi keunggulan problem solving.

c. Perancangan untuk menuangkan ide atau gagasan deskripsi verbal hasil analisis ke dalam bentuk visual batas rancangan 2 dimensi. Hal yang menjadi acuan dalam pembuatan desain produk ini antara lain ada beberapa aspek yaitu:

  • Material: Berupa kertas uk. A3
  • Alat: Seperangkat komputer, dan program aplikasi Photoshop
  • Teknik: Digital
  • Rancangan sket desain kemasan dibuat mengacu pada beberapa alasan yaitu:
    • Kekhasan getuk yang terletak pada cerita kethek yang tak lepas dari rumah pemilik usaha ini yaitu Suwarni yang memang memelihara monyet di depan rumah. Monyet itulah yang digunakan sebagai penanda rumah Suwarni. Tak hanya itu, untuk menunjukkan kekhasan getuk ini, pada desain kardusnya diberi gambar seekor monyet.
    • Untuk membedakan getuk ini dengan buatan orang lain, oleh Bung Santoso, salah satu anak Suwarni, getuk ini diberi nama Satu Rasa, yang merujuk pada produk getuknya yang memang hanya tersedia dalam satu rasa.
    • Saat penyajian pengemasan getuk di dalam kardus, tengah-tengahnya diberi sekat daun pisang. Mengingat teknik dan produk pengemasan yang tradisional. Sehingga pada kemasan background diberi gambar daun pisang.
    • Ciri khas rasa gurih dan manis pada getuk ini digambarkan dengan adanya ketela pohon, karena gethuk ini diproses tanpa menggunakan bahan pengawet, tanpa zat pewarna maupun zat kimia lainnya.
    • Keterangan alamat pemilik usaha gethuk kethek sebaiknya dicantumkan agar memudahkan konsumen, baik yang berada di lokasi pusat Salatiga, maupun lokasi cabang di Ungaran.

d. Realisasi rancangan terpilih menjadi dummy dan prototipe sesuai rancangan terpilih.

13

e. Perwujudan realisasi rancangan ke dalam karya nyata. Bentuk rancangan dummy jika dilipat membentuk sebuah kardus kotak persegi dengan ukuran 13 cm x 12,5 cm, tinggi 4,5 cm.

14

15.jpg

 



BAB II

ISI

B. Evaluasi Terhadap Hasil Perwujudan Karya Nyata

Dengan maksud untuk mengkritisi pencapaian kualitas karya desain, menyangkut segi fisik dan non fisik. Analisis Berdasarkan Pendekatan Kritik Desain, terdiri dari:

  1. Pendekatan formalistik (kajian bentuk)

Identifikasi atribut mutu kemasan Gethuk Kethek, yaitu:

  • Jenis bahan kemasan yang digunakan adalah kertas karton Duplex sebagai kardus terkesan ekonomis dan kuat. Alat yang digunakan dalam pembuatannya adalah alat pemotong, stapler, dan isolasi.
  • Teknik pembungkusan tertutup, rapi.
  • Bentuk kemasan jika dilipat adalah kotak segi empat/persegi dengan ukuran 13 cm x 12,5 cm, tinggi 4,5 cm. Ukuran asli dummy jika dibentangkan panjang total 38 cm, dan lebar total 21,5 cm (kira-kira satu lembar A3).
  • Kenyamanan kemasan gethuk ini simple, ukurannya tidak terlalu kecil/besar sehingga pas.
  • Keamanan kemasan dalam membungkus produk sangat pas, apabila dibolak-balik tidak tumpah atau jatuh, terdapat lubang-lubang kecil pada kardus kemasan dengan tujuan untuk memberikan udara agar produk gethuk tidak cepat basi karena saat pembelian produk keadaan masih panas dimasukkan ke dalam kardus. Pada sela-sela penjedaan gethuk sejumlah 20 biji, bagian tengahnya diberi sekat berupa daun pisang.Penutupan kemasan agar rapat mengunakan isolasi pada bagian tepi.
  • Jumlah gethuk dalam satu kemasan kardus isinya sebanyak 20 biji.
  1. Pendekatan instrumentali (fungsi praktis dan psikis)

Inti/core dari fungsi kemasan ini antara lain mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan serta gangguan fisik (misalnya gesekan, benturan) sehingga lebih mudah dibawa, disimpan dan dipasarkan. Dari segi promosi, kemasan berfungsi sebagai identitas produk untuk merangsang daya tarik pembeli. Di dalam pendekatan instrumentali terdapat 2 daya tarik fungsi yaitu:

  • Daya tarik fungsi praktis (fungsional) pada kemasan

Merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen. Contohnya dalam kemasan produk gethuk ini simple sehingga produk mudah dibawa, dijinjing.

Beberapa daya tarik praktis dari kemasan produk Gethuk Kethek ini antara lain:

  1. Dapat melindungi produk.
  2. Mudah dibuka/ditutup kembali untuk disimpan.
  3. Porsi bungkus kemasan yang sesuai untuk produk.
  4. Mudah dibawa.
  • Daya tarik fungsi psikis (psikologis) pada kemasan
  1. Dominan warna hijau yang ada di kemasan memberikan kesan alami berkaitan dengan tanaman yang tumbuh segar, dan tenang.
  2. Gambar monyet pada label kemasan, secara tidak langsung membuat orang bertanya-tanya/penasaran mengenai produknya. Karena sebenarnya tidak ada hubungan antara monyet dengan produk gethuknya. Nama asli dari produk gethuk ini adalah Satu Rasa (orisinil, gurih, harum, tanpa pengawet). Tidak ada kaitan monyet dengan pembuatan gethuk. Sekilas, orang yang belum pernah membeli produk gethuk ini beranggapan mengenai maksud monyet pada gethuk ini. Ada beberapa asumsi negative yaitu apakah gethuk ini rasanya rasa monyet (dalam arti baunya, bahan pembuatannya dari monyet)?, atau gethuk ini apakah makanan untuk monyet?padahal dijual untuk manusia. Sehingga kebanyakan orang saat membeli pasti bertanya dulu pada penjualnya maksud dari nama gethuk kethek ini apa. Tak lain karena si pemilik usaha ini mempunyai peliharaan hewan berupa monyet, yang dipelihara di depan rumahnya. Masyarakat sekitar akrab menamai produk tersebut dengan sebutan Gethuk Kethek.
  3. Kata Gethuk Kethek pada label kemasan bisa bermakna dua apabila pelafalannya diucapkan berbeda, yaitu k[e]th[ɘ]k artinya monyet, atau k[ɛ]th[ɛ]k yang artinya ketiak. Penafsiran seputar pengetahuan arti dan pengucapan setiap orang berbeda sehingga menghasilkan arti yang berbeda pula.
  1. Pendekatan ekspresi tentang konsep, alasan, analisa pada makna denotasi dan konotasi
  • Mengenai Konsep dan Alasan Pembuatan Kemasan
  1. Kekhasan nama Getuk Satu Rasa ini terkenal dengan sebutan Gethuk Kethek karena monyet itulah yang digunakan masyarakat pembeli sebagai penanda rumah si pemilik usaha ini. Sehingga pada desain kemasannya diberi gambar seekor monyet.
  2. Gethuk ini diberi nama Satu Rasa, karena memang hanya tersedia dalam satu rasa, yaitu rasa orisinil tanpa bahan pengawet, gurih dan bau harum.
  3. Pada penyajian getuk di dalam kardus yang berisi 20, tengah-tengahnya diberi sekat daun pisang agar terkesan alami. Sehingga pada kemasan background ditambahkan gambar daun pisang.
  4. Ketela pohon ini merupakan bahan dasar dari pembuatan gethuk yang menggambarkan ciri khas rasa gurih, dan bau harum, tanpa pengawet, tanpa zat pewarna. Sehingga pada kemasan ditambahkan gambar ketela pohon.
  5. Pemberian warna hijau pada kemasan agar terkesan alami, segar, mencerminkan tanpa bahan pengawet.
  6. Produksi pembuatan gethuk kethek ini berada di lokasi pusat yaitu Salatiga, dan mempunyai lokasi cabang di Ungaran.
  • Analisa Makna Denotasi dan Konotasi Pada Kemasan

       1. Makna Denotasi

Terdapat gambar hewan monyet warna coklat yang sedang makan, kemudian ada gambar ketela pohon yang tumbuh segar, pada background kemasan diberi latar gambar daun pisang dan ditindihi tulisan Gethuk Kethek berwarna hijau, kemudian terdapat tulisan Gethuk ”SATU RASA” berwarna merah, dan tertulis alamat penjualan produk dengan warna putih.

      2. Makna Konotasi

Gambar seekor monyet yang terdapat pada label kemasan menggambarkan peliharaan si pemilik usaha ini yang berada di depan rumahnya, yang digunakan sebagai penanda rumah saat konsumen bingung untuk mencari alamat pembuatnya.

Gambar ketela pohon yang berwarna coklat, terlihat gemuk, segar sebagai pencerminan bahan dasar dari produk gethuk ini yang alami, tanpa bahan pengawet dan zat kimia lain.

Latar background yang bergambar daun pisang mencerminkan penyajian pengemasan getuk saat di dalam kardus, yang tengah-tengahnya diberi sekat daun pisang dengan tujuan untuk memberi aroma harum.

Nama Gethuk Satu Rasa mencerminkan rasa gethuk yang memang hanya satu rasa, orisinil, tanpa pengawet.

Pada background daun pisang terdapat tulisan nama Gethuk Kethek sebagai nama julukan akrab untuk produk gethuk ini yang telah dikenal banyak oleh para konsumen.

Terdapat keterangan lengkap alamat pemilik usaha gethuk kethek ini dengan tujuan memudahkan konsumen untuk membeli, baik yang berada di lokasi pusat Salatiga, maupun lokasi cabang di Ungaran.

Analisis Berdasarkan Penyajian Kritik Desain, terdiri dari:

  1. Uraian Deskripsi (mengkaji obyek desain kemasan dari bentuk atau form yang tampak)
  • Bentuk kemasan jika dilipat adalah kotak segi empat/persegi dengan ukuran 13 cm x 12,5 cm, tinggi 4,5 cm. Ukuran asli dummy jika dibentangkan panjang total 38 cm, dan lebar total 21,5 cm (kira-kira satu lembar A3).
  • Jenis bahan kemasan yang digunakan adalah kertas karton Duplex, terkesan ekonomis dan cukup kuat. Alat yang digunakan dalam pembuatannya adalah alat pemotong, stapler, dan isolasi. Teknik pembungkusan tertutup, rapi.
  • Kenyamanan kemasan ini simple, ukurannya pas sesuai dengan jumlah isi produk yang dikemas di dalamnya. Keamanan kemasan produk sangat pas, apabila dibolak-balik tidak tumpah atau jatuh, terdapat lubang-lubang kecil pada kardus kemasan untuk memberikan udara agar produk tidak cepat basi. Penutupan kemasan agar rapat mengunakan isolasi pada bagian tepi.
  • Gethuk ini diberi nama Satu Rasa, karena memang hanya tersedia dalam satu rasa, yaitu rasa orisinil tanpa bahan pengawet, gurih dan bau harum.
  • Pada desain kemasan terdapat tulisan Gethuk Kethek karena merupakan sebutan khas dari masyarakat terhadap produk Gethuk Satu Rasa ini, yang dulunya sebagai penunjuk arah pemilik rumah usaha.
  • Pada penyajian getuk di dalam kardus yang berisi 20, tengah-tengahnya diberi sekat daun pisang agar terkesan alami, dan menambah bau harum.
  • Gambar ketela pohon yang ada pada kemasan merupakan bagian dari bahan dasar pembuatan gethuk yang menggambarkan ciri khas rasa gurih, dan bau harum, tanpa pengawet, tanpa zat pewarna.
  • Pada kemasan dominan warna hijau dipakai agar terkesan alami, segar, mencerminkan tanpa bahan pengawet.
  • Disitu juga tercantum alamat produksi pembuatan gethuk kethek ini yang berada di lokasi pusat Salatiga, maupun cabang di Ungaran.
  1. Analisa Formal/ sintaksis menganalisa hubungan struktur pembentuk sebuah desain. (baik desain product grafis dan lainnya)
  • Pada pembuatan kemasan Gethuk Kethek ini material yang digunakan berupa kertas karton Duplex .A3 yang lumayan cukup kuat dan ekonomis untuk mengemas produk ini.
  • Alat yang digunakan untuk proses pembuatan desain kemasan berupa seperangkat komputer, dan program aplikasi Photoshop.
  • Teknik yang digunakan dalam pembuatan ini adalah digital olah foto dan teks.
  • Pada desain kemasan terdapat beberapa elemen desain antara lain: Garis, Bentuk, Teksture, Warna, Ukuran, dan Gelap Terang.

 16

Warna merah ini sangat menarik perhatian mata untuk melihat, terkesan merangsang. Warna coklat biasanya dikaitkan dengan yang bersifat alami dari alam, subur. Warna hijau dikaitkan dengan kesegaran, alami, tanpa zat kimia lain. Warna putih mencerminkan kebersihan, halus. Teks yang digunakan baik, terlihat jelas untuk dibaca. Font yang dipilih juga sesuai. Gambar yang digunakan pada kemasan makanan terlalu gamblang gambar monyet, yang seharusnya merupakan sebuah produk gethuk.

  • Pada desain kemasan tersebut terdapat beberapa prinsip desain antara lain:

1. Unity

Yaitu satu kesatuan antara tema, warna, ilustrasi gambar dan elemen grafis jika dikaitkan dengan sejarah dan konsep dari produk gethuk ini. Akan lebih baik jika terdapat gambar/foto produk gethuk nya diperlihatkan pada desain kemasan.

2. Keseimbangan

Keseimbangan yang dipakai asmetris. Terkesan agak berat sebelah ke kiri. Desain akan terlihat lebih baik jika tulisan Gethuk Satu Rasa diletakkan sebelah kanan, supaya imbang.

3. Penekanan

Terdapat gambar monyet yang menonjol sebagai pusat perhatian dari pembaca. Dan penonjolan itu juga terdapat pada tulisan berwarna merah pada Gethuk Satu Rasa.  Branding nama Gethuk Kethek ini muncul justru diberikan oleh konsumen/para pelanggan yang telah lebih awal mengenal peliharaan monyet si pemilik sebagai petunjuk agar dapat menemukan alamat yang tepat untuk bisa membeli getuk. Jadi nama “Gethuk Kethek” inilah yang akhirnya digunakan lebih ngetop dibanding dengan nama “Gethuk Satu Rasa”.




 

 BAB III

PENUTUP

Judgment/penilaian akhir dengan berbagai pendekatan kaidah kritik desain terhadap produk yang dipilih. Desain Kemasan Gethuk Kethek tersebut tidak termasuk dalam kategori good desain, karena dari segi konteks makna. Tidak ada prinsip kesatuan antara monyet dengan makanan tradisional gethuk ini. Sarannya, lebih baik desain yang ditampilkan pada label kemasan adalah gambar produk gethuk yang dihidangkan, dengan memperlihatkan tekstur lembut dan gurih pada gethuk, sehingga lebih menarik.

Penggambaran Gethuk Kethek ini terlalu gamblang diungkapkan. Dan penggunaan warna pada kemasan terlalu gelap. Sehingga kurang menarik dan tidak mencitrakan tentang produk yang sesungguhnya.Hanya ada gambar ketela dan monyet yang ditonjolkan.